Sabtu, 01 Januari 2011

Tugas Softskill Makalah


PSIKOLOGI DAN TEKHNOLOGI INTERNET
“PERILAKU EMOSI PADA BAYI DAN ANAK-ANAK”
TUTI SETIYAWATI
2PA01
11509445
UNIVERSITAS GUNADARMA
2010

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjangi oleh factor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengruh dalam kehidupan anak menuju dewasa. Ada pula ciri-ciri anak prasekolah dan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten . Dan itu semua akan saya coba bahas dalam makalah ini.

1.2  Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini, diantaranya adalah :
1. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Psi & Teknologi Internet
2. Dari hasil diatas, saya ingin mengetahui lebih dalam akan perlaku emosi pada bayi dan anak-anak.
3. Untuk membantu para mahasiswa dalam mengenal perlaku emosi pada bayi dan anak-anak.

1.3  Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, kami menggunakan metode pengambilan data secara sekunder, yaitu pengambilan data secara tidak langsung melalui informasi yang sudah ada seperti internet dan berbagai macam buku.

BAB II
PERILAKU EMOSI PADA BAYI DAN KANAK-KANAK

2.1      PENGERTIAN EMOSI
Emosi adalah reaksi yang bersifat subjektif, seperti kesedihan, ketakutan, kebahagiaan, yang selalu diidkuti oleh perubahan fisiologis dan perilaku. Papalia et al (2009) p. 178
2.2      DASAR TEORI PERKEMBANGAN EMOSI
Studi mengenai emosi saat ini tidak dapat mengesampingkan peran dari Daniel Goleman. Melalui bukunya “Emotional Intelligence” Goleman mencoba menyatakan bahwa  unsur emosi merupakan faktor yang turut berperan dalam keberhasilan hidup seseorang.
Menurut Goleman, kecerdasan emosi mencakup unsur-unsur berikut:
1.      Kemampuan seseorang mengenali emosinya sendiri
2.      Kemampuan mengelola suasana hati
3.      Kemmapuan memotivasi diri sendiri
4.      Kemampuan mengendalikan hawa nafsu
5.      Kemampuan membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
Aspek emosi mengalami perkembangan yang signifikan  pada periode anak. Seiring pertambahan usia, kemampuan anak untuk megenali emosinya sendiri semakin berkembang. Anak-anak semakin menyadari perasaannya sendiri dan orang lain.
Menurut Papalia et al (2009) pada usia 7 atau 8 tahun, rasa malu dan kebanggaan, yang tergantung pada kesadaran terhadap akibat tindakan mereka, akan memengaruhi pendapat mereka tentang diri mereka sendiri. Pada periode kanak-kanak lanjut, anak akan lebih empatis dan perilaku menolong semakin berkembang. Anak-anak juga mulai belajar mengontrol emosi negatif.
2.3       PERKEMBANGAN EMOSI PADA BAYI
Berikut ini adalah tahap perkembangan bayi menurut papalia et al (2009) yang diadaptasi dari sumber Sroufe:
a. Bayi umur 0-3 tahun
b.  Bayi mulai bisa menerima stimulus dan rangsangan. Mereka mulai menunjukkan ketertarikan dan kepenasarannya, dan mulai bisa untuk tersenyum kepada orang-orang disekitarnya.
c.  Bayi usia 3-6 tahun
Bayi mulai bisa mengantisipasi apa saja yang terjadi pada sekitarnya  dan mulai merasakan kekecewaan. Bayi pada usia ini menunjukkan kekecewaan dengan menjadi marah atau bertindak hati-hati. Mereka sering tersenyum, mengoceh, dan tertawa. Pada usia ini merupakan titik dari awal adanya interaksi antara bayi dengan pengasuhnya.
d. Bayi usia 6-9 bulan
Bayi mulai mencoba untuk menarik perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Mereka mulai  berbicara, menyentuh, dan membujuk bayi lain untuk bisa menarik perhatian. Expresi emosi mereka lebih bervariasi. Mereka menunjukkan kegembiraan, ketakutan, kemarahan, dan keterkejutan.
e. Bayi usia 9-12 bulan
Bayi menjadi sangat lekat dengan pengasuhnya dan berinteraksi dengan pengasuh secara intens, kadang-kadang  merasa takut dengan orang asing, dan bertindak tenang dalam lingkungan dan situasi yang baru. Bayi lebih sering menghabiskan waktu bermain sendirian saja. Dan ketika ada orang asing yang meskipun tampak ramah mendekat, bayi akan memandanginya dan tiba-tiba saja meledakkan tangisnya sambil mendekati pengasuhnya.
f. Usia 12-18 bulan
Balita mulai mengeksplorasi lingkungannya, menggunakan orang-orang yang paling dekat dengannya sebagai bodyguard. Ketika mereka menguasai lingkungannya, mereka menjadi lebih percaya diri dan lebih bersemangat.
g. Usia 18-36 bulan
Balita kadang-kadang merasa cemas karena mereka mulai menyadari adanya jarak atau keterpisahan dengan pengasuh mereka. Mereka bekerja keras di luar kesadaran mereka tentang keterbatasan mereka dalam berfantasi dan bermain dan dengan mengidentifikasi  orang dewasa.
2.3.1.Cara bayi mengekspresikan emosi
a.       Menangis
Selama tiga bulan pertama, bayi akan sering sekali menangis dan kemudian tangisannya berhenti. Kondisi ini akan berlangsung sampai memasuki usia enam bulan,  terutama pada malam hari.
Pada umumnya, jika dihitung berapa lama bayi menangis setiap hari maka totalnya kurang lebih sekitar dua jam. Sekitar 75% bayi menangis paling lama 30 menit sebelum tangisannya berhenti. Menangis adalah cara bayi memberitahukan keinginan dan perasaannya pada sekitarnya karena belum mampu berbicara. Menangis adalah bentuk komunikasi alami pada bayi.
Berdasarkan riset, (papalia et al ) ada beberapa bentuk tangisan bayi, yang masing-masing bentuk tangisan ini bermakna sesuatu, yaitu the basic hunger cry (tangisan lapar); the angry cry (tangis kemarahan); the pain cry (tangis kesakitan); dan frustation cry (tangisan frustasi). Papalia p. 179
Kebanyakan ibu di Indonesia ketika melihat bayinya menangis, akan segera memberikan asi atau susu botol kepada mereka. Ini adalah kebiasaan yang salah, dan akan berpengaruh buruk bagi perilaku bayi di masa yang akan datang. Karena sang ibu  mendidik untuk memasukkan sesuatu ke dalam mulut setiap kali menangis, kelak ketika dewasa,  setiap ditimpa masalah anak akan cenderung  melampiaskan masalahnya dengan banyak makan.  Akibatnya, anak akan  rentan terhadap obesitas dan gangguan penyakit lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui  makna bahasa – bahasa tubuh bayi yang ditunjukkan lewat tangisan mereka.
1)      Membaca bahasa Tubuh lewat tangisan bayi
Komunikasi non-verbal melibatkan penggunaan ekspresi wajah, tangan, lengan, dan gerakan kaki dalam suatu pola dan kombinasi, dimana masing-masing gerakan memiliki makna tertentu. Para psikolog menyatakan bahwa meskipun sudah dapat berbicara, bayi menggunakan 55% bahasa tubuh untuk memberitahukan keinginan mereka. (Dr. P. 38)
Di bawah ini adalah beberapa macam tangisan bayi dan maknanya
  • Bayi merasa tidak nyaman
Jika merasa kesakitan, tangisannya terdengar nyaring, hampir seperti jeritan, kemudian seperti mengambil nafas, lalu menjerit lagi. Dan apabila kesakitan karena suatu penyakit, gerakan anggota tubuhnya cenderung lemah.
  • Bayi ingin ditemani
Saat bayi merasa sedih dan kesepian karena tidak dapat melihat Ibunya, tangisannya terdengar pilu, tidak nyaring. Seolah-olah sedang merasa sedih, bukan sedang marah. Tangan dan kaki tidak begitu banyak bergerak.
  • Bayi ingin diberi makan
Tangisan karena lapar biasanya berulang-ulang dan nyaring. Tangisannya kemudian berhenti sejenak untuk bernafas, kemudian menangis lagi,lalu bernafas sejenak, dan terus seperti itu. Tangan dan kakinya bergerak dengan penuh kekalutan.
  • Bayi ingin popoknya diganti
Tangisan ini biasanya disebabkan karena bayi mulai merasa tidak nyaman, awalnya pelan kemudian perlahan tangisannya semakin keras. Bayi juga berguling-guling di atas tempat tidurnya sambil menangis.
  • Bayi merasa bosan
Karena tangisan seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan perhatian, maka akan terdengar seperti teriakan, bukan jeritan. Secara tiba-tiba bayi menggerakkan badannya saat melihat pengasuh mendekatinya. Biasanya, bayi cenderung bergerak dengan lebih lamban.
  • Bayi merasa kelelahan
Kelelahan membuat bayi cepat menangis. Bayi akan merengek penuh kesakitan, dan mungkin tertidur tidak lama setelah itu. Kemudian bayi akan bangun dengan terkejut, dan akan menggosok-gosok mata dengan tangannya atau menarik telinganya.
2)      Cara Menenangkan Bayi
Ada beberapa cara untuk menenangkan bayi yang sedang menangis. Cara yang paling umum adalah menggendong dengan penuh kasih sayang, sambil berjalan di sekeliling rumah, memberikan kontak fisik dengan memeluk, memijat dengan lembut, atau membedong dengan selimut. Selain itu juga bisa dengan memberinya makan, memberikan rangsangan dasar seperti suara-suara nyanyian nina bobo, memberikan mainan yang membuatnya senang, memandikan dengan air hangat, atau dengan merespon tindakannya dengan bercakap-cakap. Usaha menenangkan bayi membutuhkan pembelajaran trial and error.
b.      Tersenyum Dan Tertawa
Tersenyum yang paling awal terlihat secara samar dan terjadi secara spontan sesaat setelah bayi dilahirkan. Bayi dapat tersenyum oleh sensasi ringan, seperti tertawa di hadapannya, atau meniup lembut di kulitnya. Pada minggu kedua, bayi dapat tersenyum dengan lebar setelah penyusuan. Pada minggu ketiga, kebanyakan bayi mulai tersenyum ketika mereka  memperhatikan  pengasuh itu menganggukkan kepala dan mendengar suaranya. Pada usia sekitar satu bulan, bayi biasanya menjadi lebih sering tersenyum. Selama bulan kedua, karena kemampuan  visual yang berkembang, bayi tersenyum lebih kepada adanya rangsangan visual, misalnya tersenyum hanya karena melihat wajah-wajah yang dikenalinya.
Pada bulan keempat, Bayi tertawa terbahak-bahak ketika dicium  dan digelitik perutnya. Setelah  bayi tumbuh dewasa, mereka menjadi lebih aktif terlibat dalam interaksi yang menyenangkan. Bayi yang berusia enam bulan akan tertawa cekikikan sebagai tanggapan terhadap ibu yang membuat suara yang tidak biasa atau muncul dengan handuk di wajah; sedangkan bayi usia 10 bulan akan tertawa dan mencoba untuk mengembalikan handuk yang terjatuh ke wajah ibunya. Permainan ci-luk-ba ini tidak hanya mempengaruhi perkembangan emosinya, tetapi juga perkembangan kognitifnya.

BAB III
PERKEMBANGAN EMOSI PADA BALITA DAN ANAK-ANAK
Pada usia 3 hingga 5 tahun, banyak anak menjadi tertarik untuk memiliki teman-teman imajiner dan bermain fantasi. Bermain fantasi memungkinkan anak-anak untuk berperilaku berbeda dengan cara yang aman dan memperoleh perasaan yang kuat karena merasa  diterima oleh teman-teman imajiner mereka. Berfantasi juga membantu perkembangan sosial anak. Dengan berfantasi, mereka belajar untuk menyelesaikan konflik dengan orang tua atau anak-anak lain, sehingga membantu mereka melampiaskan frustrasi dan mempertahankan harga diri. Juga pada saat itu, anak-anak mengalami ketakutan yang khas seperti ketakutan pada “rakasa di lemari”, yang mana ketakutan ini adalah normal.
Pada usia 7 sampai 12 tahun, anak-anak belajar melalui berbagai  masalah; konsep diri,  kompetensi di dalam kelas, hubungan dengan teman sebaya yang ditentukan oleh kemampuan untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan baik, dan hubungan keluarga , yang ditentukan oleh  persetujuan dari orang tua dan saudara kandung. Meskipun banyak anak tampaknya untuk menempatkan nilai tinggi pada peer group, mereka masih terlihat terutama kepada orang tua untuk dukungan dan bimbingan. Saudara sekandung terkadang  dipakai sebagai model peran  dalam apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Pada usia ini, anak-anak yang bersekolah sangat bersemangat dan sering merespon dengan baik berbagai nasihat tentang keselamatan, gaya hidup sehat, dan penghindaran perilaku berisiko tinggi.
3.1. Bentuk-Bentuk Perilaku Emosi
Self – Concious emotions, seperti rasa malu, empati, rasa iri, akan muncul hanya jika self-awareness pada anak-anak sudah mulai berkembang. Pada usia sekitar 3 tahun, setelah memiliki self-awareness yang didukung oleh pengetahuan yang cukup tentang standar peraturan lingkungan sekitarnya, anak-anak menjadi lebih baik dalam mengevaluasi pemikiran, perencanaan, keinginan, dan perilaku mereka sendiri yang mungkin bertentangan dengan standard lingkungan mereka. Setelah itu, baru mereka mencapai self-evaluative emotions seperti rasa bangga, rasa bersalah, dan rasa malu.
Empati dan altruisme adalah salah satu bagian terpenting dalam perkembangan emosi pada anak. Empati adalah ikut merasakan apa yang orang lain pikirkan, sedangkan altruisme adalah sebagai akibat dari empati, yaitu perilaku menolong. (Papalia p. 180)
Isu-Isu terbaru Yang berkaitan dengan Emosi anak dan Solusinya
a. Stres dan Depresi pada Anak
Arnold (1990) menyatakan bahwa saat ini banyak ditemukan orang tua yang mempercepat proses pertumbuhan anak dengan memperlakukan anak seperti orang dewasa dan membebani mereka dengan beban hidup orang dewasa.
b. Gangguan perilaku merusak
Perilaku yang memperlihatkan agresivitas, ketidak-patuhan, dan antisosial. Anak suka membantah, kasar perangai, dan suka menyakiti orang lain. Pada tahap yang lebih parah, anak suka berbohong, berkelahi, mengganggu anak yang lebih kecil (bullying), mencuri, menghancurkan benda di sekitarnya.
c. Gangguan kecemasan atau gangguan mood
Merasa selalu sedih, tertekan, tidak dicintai, gugup, takut, kesepian. Gangguan kecemasan dapat bermacam-macam bentuknya. Misalnya, fobia bersekolah, yakni anak merasa takut yang tidak realistis untuk pergi ke sekolah. Alasannya dapat bermacam-macam: Guru yang kasar, tugas dan PR yang berlebihan, dinakali oleh anak yang lebih besar, merasa terpisah dari rumah atau orang tua. Contoh gangguan kecemasan lain pada anak adalah gangguan mood (terutama kesedihan) yang berlangsung melebihi periode normal. Anak tidak mampu lagi bergembira atau berkonsentrasi, selalu kecapaian, melakukan aktivitas ekstrim, apatis, selalu menangis, mengalami masalah tidur, berat badan berubah drastis, mengalami keluhan fisik yang tidak jelas, merasa diri tidak berharga, merasa tidak berteman, bahkan kadang-kadang berpikir ingin mati (diadaptasi dari Diane E. Papalia, Human Development, 10th edition, Mc. Graw Hill, 2007)
Gejala atau tanda adanya stress pada anak usia sekolah:
Berikut ini adalah beberapa gejala atau tanda yang menunjukkan adanya stress pada anak-anak usia sekolah. Diantaranya:
1.      Kemunduran perilaku kembali ke tahap sebelumnya: mengompol, menggigit kuku, menghisap ibu jari.
2.      Menarik diri dengan sebab tidak jelas: tidak mau bicara, murung.
3.      Kehilangan motivasi atau kemampuan untuk konsentrasi di sekolah.
4.      Perubahan perilaku yang kelihatan.
5.      Nafsu makan menurun dan tidur tidak nyenyak.
6.      Mudah tersinggung tanpa sebab jelas.
7.      Keluhan fisik: sakit perut, sakit kepala.
8.      Bermasalah dalam berhubungan dengan teman sebaya.( psikologi anak, 75-77)
Kesehatan mental anak biasanya mengacu ke kesehatan emosi. Anak yang sehat mental tidak mengalami kesulitan di bidang emosi atau perilaku. Namun demikian, sejumlah anak mengalami gangguan emosi. Gangguan emosi yang lazim terjadi pada kanak-kanak usia lanjut.
Hal-hal yang menyebabkan stress, agresivitas, dan depresi pada anak:
a. Kekerasan pada anak baik secara psikologis maupun fisik.
b. Gangguan fisiologis
c. Orang tua yang tidak konsisten dan tidak kompak.(Ayah Edi, p. 23 & 31)
d. Perlakuan tidak hormat dari orang tua.
e. Orang tua yang menghukum ketika marah.
Solusi menangani perilaku emosional yang mengarah pada agresivitas pada anak:
-  Dengan metode Pendisiplinan 1-2-3 Magic (p.138-139)
Kembali pada scene ini Ibu melakukan tugas dengan baik, tanpa banyak membujuk, merayu, menjelaskan, saling berargumen dan saling berteriak. Metode 1-2-3 ini terbukti efektif dalam menangani agresivitas anak.
Dengan teknik disiplin bina kasih (induktive) dan pengasuhan yang demokratis/otoritatif (Salztein dan Eckerisberger dalam Kusdwiratri Setiono, Psikologi Perkembangan 2009).
Ketika bayi dan anak-anak  merasa aman secara emosional dan fisik, mereka memiliki kesempatan untuk bebas mengeksplorasi lingkungan mereka. Mereka dapat berinteraksi dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, dan memperoleh rasa identitas melalui pemahaman dan kepercayaan diri  dalam diri mereka sebagai individu. Kunci untuk pengembangan sosial dan emosional adalah hubungan yang kuat, positif,  dan aman. Bayi dan balita memerlukan pengasuhan orang dewasa yang konsisten, mendukung dan responsif. Orang dewasa yang peduli, menyediakan lingkungan yang aman, stabil, dan dapat mendukung kemerdekaan  dan  pertumbuhan anak-anak  itu. Lingkungan yang seperti itulah yang mampu menawarkan hubungan yang sehat dan baik dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Nuryati, L. 2007. Psikologi anak. Jakarta : PT. Indeks
Papalia, D.E, Olds, S.W. & Feldman, R.D. 2009. Human Development. McGraw Hill.
Phelan, T.W. 2003. Magic Effective Dicipline for Children 1-2-3. Parent Magic Inc
Setiono, W. 2009.  Psikologi Perkembangan (cetakan kedua). Bandung : Widya Padjadjaran
Woolfson,  R. 2007. Memahami pikiran dan bahasa bayi. Jakarta : CV. Jabal Raudhotul Jannah
_______. _______. Psikologi Perkembangan. http://www.nde.state.ne.us/ech/elgse.pdf

1 komentar:

  1. Gambling on Gambling on Gambling on Gambling on Gambling on Gambling
    Gambling 전주 출장안마 on 하남 출장안마 Gambling on Gambling on Gambling Gambling on 전라북도 출장마사지 Gambling, 경기도 출장샵 Casino games, and so 서산 출장마사지 much more!

    BalasHapus